Minggu, 17 Mei 2009


Proses Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya., sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling penting atau utama adalah mengkondisikan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku bagi peserta didik. Dalam KTSP seperti halnya KBK, belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemhaman terhadap konsep. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa merupakan sentral kegiatan atau pelaku utama, sedangkan guru hanya menciptakan suasana yang mendorong timbulnya motivasi belajar pada siswa sekaligus sebagai fasilitator.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

1) Konstruktivisme (Construktivism)

Asas ini merupakan landasan filosofis (berpikir) strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang bercirikan konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna.

1) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari strategi pembelajaran kontekstual. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi temuan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

2) Bertanya (Questioning)

Belajar dalam strategi pembelajaran kontekstual dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa peroleh pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.

3) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

4) Pemodelan (Modelling)

Asas ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa dipilih siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang, misalnya, cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan.

5) Refleksi (Reflection)

Asas ini merupakan perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa saja yang baru dipelajari, menelaah, merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

6) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Asas ini merupakan ciri khusus dari strategi pembelajaran kontekstual. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa dapat dilakukan melalui: proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya tulis, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, dan hasil tes tulis.

0 Comments:

Post a Comment